Friday, August 9, 2013

Summer In My Heart (Chapter 1)





Cast:
-      Jung Yonghwa
-      Kang Minhyuk
-      Kang Hyekyung


Jung Yonghwa sedang menatap langit London di balkon kamarnya yang sedang mendung sore ini. Terdengar helaan nafas yang cukup keras dari mulutnya. Tiba-tiba ponsel yang berada di dalam saku jaketnya berdering kecil menunjukan adanya pesan masuk. Seperti biasa, dari sahabatnya yang di Korea, sahabat dari mereka SMA.
From: Kang Minhyuk
Jadi kembali ke Seoul?
Mendengar satu kata tersebut, Seoul, pikirannya langsung melayang pada 1 gadis yang sangat ingin ia hindari, namun tidak bisa. Karena gadis ini adalah adik dari Minhyuk. Tapi hatinya pun tidak bisa mengelak, dia merindukan dan membutuhkan gadis itu. Namun sepertinya sudah terlambat…

Flashback
“Minhyuk, kenapa bisa Hyekyung dijodohkan? Kau tau kan aku menyukainya?”
“Mianhae, Yonghwa. Tidak ada yang bisa kulakukan. Eomma tetap ingin Hyekyung bertunangan dengan Hoya.”
“You’re gonna be kidding me, she’s still young! Kau bisa membatalkannya, kau kakaknya. Katakanlah bahwa dia lebih pantas denganku.”
“I can’t! Aku sudah mencoba itu. Eomma dan Appa tetap dengan keinginan mereka. Aku pusing dengan keadaan rumah, Yonghwa. Semuanya berteriak, Hyekyung menangis. Rasanya aku mau mati saja di rumahku sendiri.”
“Sial.”
“Jeongmal mianhae.” Ucap Minhyuk sambil memijat pelipisnya.
“Besok aku akan berangkat ke London. Tinggal di sana untuk beberapa bulan.”
Hening sejenak sebelum Minhyuk berteriak.
“MWOYA?! Waeyo?”
“Mungkin aku bisa belajar gitar banyak di sana, mungkin akan mulai belajar dance, hahaha.” Jelas Yonghwa tertawa sumbang.

“Kau tau kau bisa belajar itu semua di Korea. Lagipula kau sedang kuliah musik, Yonghwa. Kau mau meninggalkannya begitu saja?” tanya Minhyuk.
“Aku di suruh Lee sonsaengnim untuk percobaan di London. Aku di sana hanya 4 bulan.”
“Dan kau akan menyerah pada adikku begitu saja?”
Yonghwa terdiam sebentar.
“Tidak.”
Minhyuk tertawa kecil dan menepuk bahu sahabatnya itu.
End of flashback.
Yonghwa tersenyum kecil mengingat semua kejadian dulu. Dia tidak patah hati seperti yang digambarkan di novel-novel atau di film-film saat melihat orang yang dicintai bersama oranglain. Dia hanya butuh waktu untuk memikirkan bagaimana mengembalikan orang yang dicintainya itu kembali ke sisinya. Percobaan belajarnya di London telah selesai seminggu yang lalu. Dance nya sudah sangat pro, apalagi gitar. Dia memang sengaja mengulur kepulangannya ke Seoul.
Yonghwa mulai mengetikkan beberapa huruf di ponselnya sebelum dikirim ke Minhyuk.
Sent to Kang Minhyuk:
Yes.
Setelah melihat jam di dinding, Yonghwa menutup pintu balkon dan masuk ke kamarnya kemudian berkemas baju-baju dan barang-barangnya untuk kembali ke Seoul. I’m gonna miss you, London. Setelah selesai berkemas, Yonghwa mengeluarkan ponselnya dan menempelkannya ke telinga.
“Hello, Christ? Can you help me? … … … Hahahaha … … I need one ticket to Seoul, please.” Ucap Yonghwa, tapi detik berikutnya dia menjauhkan ponselnya dari telinga karena Christ berteriak keras di seberang sana.
“I’m really really sorry, Christ. But I need back to Seoul as soon as possible. … … I’m promise I will back to London next month for holiday. … … Of course! … … Thank you so much, Christ!” Yonghwa menutup teleponnya dan duduk terdiam. Ada satu yang dia lupa, Jane. Yonghwa menepuk dahinya keras.
“Damn, bagaimana aku memberitahu gadis bawel satu ini?” keluhnya dengan muka keruh.
Jane adalah teman main, sahabat baik Christ dan Yonghwa selama di London, mereka kemana-mana selalu bertiga. Masalahnya Jane ini sangat bawel, suka mengomel, jika badmood sangat galak dan juga cengeng. Dia berani taruhan ketika Yonghwa memberitahu keberangkatannya besok yang sangat mendadak ini dia pasti akan menangis keras-keras dan memukul-mukul Yonghwa. Ini pernah terjadi ketika seorang perempuan di kelasnya mencoba mendekatinya. Christ bilang Jane menyukai Yonghwa dan cemburu, tapi Yonghwa tidak percaya karena Jane memang begitu sifatnya.
Sent to Jane: Meet me on our usual park now.
Yonghwa langsung menyambar jaket putihnya dan keluar dari apartmentnya setelah mengirim pesan singkat pada Jane. Kebetulan tempat tinggal Jane berdekatan dengan Yonghwa, dan taman ini ada di antaranya. Jadi Jane pasti akan menemuinya di sana.
Setelah sampai di taman tersebut, Yonghwa duduk di bangku panjang berwarna putih dimana mereka berdua biasa duduk dan berbagi cerita. Yonghwa tersenyum sedih mengingat ini hari terakhir dia bertemu dengan Jane, berbicara dengan Christ dan menikmati udara London.
“Hello Yonghwa!” sapa Jane sambil mencubit pipinya, kebiasaan dari dulu. Dia bilang pipi Yonghwa menggemaskan.
“Hai, Jane. I want to tell you something.” Yonghwa tidak berani menatap mata Jane, pandangannya hanya pada rumput hijau di bawah kakinya.
“What’s that?”
“I must back to Seoul. Sorry.”
“When?” nada suara Jane berubah tajam.
“Tommorow.”
Hening… Yonghwa menunggu teriakan Jane, atau tangisan, atau pukulannya.
“WHAT?!” Nah ini dia…
“Jane…”
“Shut up! Kau akan kembali ke Seoul besok dan yang kau katakan hanya sebatas ‘Sorry’?!” teriaknya.
“Hey, it’s not like that, Jane. Okay okay, I’m so sorry, so so so so sorry.” Yonghwa memegang kedua bahu Jane dan menatap matanya dalam-dalam. Perempuan ini sudah seperti adik kecilnya semenjak mereka berkenalan. Mata Jane mulai berkaca-kaca, sebentar lagi akan tumpah dan mengalir di pipi putihnya.
“Mau apa ke Seoul?”
“Heii, kau kan sudah tahu dari awal aku di London hanya 4 bulan, dan waktuku sudah habis. And I miss someone, aku sudah meninggalkannya terlalu lama.” Yonghwa tersenyum, manis.
“Who?”
“Someone.”
“Who??” Yonghwa memutar matanya mendengar pertanyaan yang sama.
“My family, my best friend, my neighbours.”
“How about me? Christ?” Jane sudah terisak. O-ow.
“I’m gonna miss you two badly.” Yonghwa menarik Jane ke dalam pelukannya. Jane menangis semakin keras.
“Promise me you will back to London? Even it’s for holiday or something.”
“Of course. Promise!” Yonghwa memamerkan giginya yang tertata rapih.
“Tapi besok aku dan Christ tidak bisa mengantarmu ke bandara karena kami ada jadwal kuliah.” Jane cemberut.
“It’s okay. Aku akan mengirim pesan ketika aku sudah tiba di Seoul. Kita akan sering Skype, oke?”
Jane mengangguk lemas. Tanpa sadar Yonghwa mengangkat tangannya dan mengacak-acak rambut Jane, kebiasaannya dulu dengan Hyekyung.
“Kembalilah ke rumah, sudah mulai malam. Jangan tidur terlalu malam.”
“Hmmm. Bye. Take care, Yonghwa.” Jane sudah bisa tersenyum.
Sebagai ucapan perpisahan, Jane memeluk Yonghwa sangat erat sebelum akhirnya berbalik untuk pulang ke rumah. Yonghwa tetap berdiri di sana sampai punggung Jane tidak terlihat, kemudian dia pulang ke apartmentnya bersiap-siap untuk berangkat besok.
Sebelum tidur, Yonghwa benar-benar tidak tahan untuk tidak mengirim pesan pada Minhyuk untuk menanyakan kabar adiknya.
Sent to Kang Minhyuk: Bagaimana kabar Hyekyung?
Beberapa detik kemudian…
From: Kang Minhyuk
Secret.
Lalu…
Sent to Kang Minhyuk: Damn you -_-
Yonghwa kemudian mematikan ponselnya dan bergegas tidur, dia tidak mau terlambat naik pesawat. Penerbangan kali ini sangat penting. Karena dia akan bertemu gadis itu lagi.

~~~
Malam itu, jam 10, Yonghwa turun dari pesawat dengan selamat. Dia dijemput langsung oleh orangtuanya. Mereka berbincang-bincang banyak di dalam mobil, melepas rindu dengan anak tercinta mereka. Yonghwa begitu merindukan kedua orangtuanya, hubungannya dengan Eomma dan Appa sangat dekat. Mereka orang yang hangat.
“Eomma dan Appa walaupun sudah agak tua tapi tetap tampan dan cantik ya.” Canda Yonghwa.
“Tentu saja. Kami awet muda.” Balas Mr. Jung.
Lalu mereka tertawa bersama.
Sampai di rumah, Yonghwa langsung menghirup napas dalam-dalam. Udara Seoul benar-benar dirindukannya. Rumahnya masih sama, bentuknya pun sama. Ketika dia menjejakan kaki ke dalam rumahnya, terdapat foto-foto Yonghwa dan keluarganya. Kini Yonghwa memasuki kamarnya. Dia tersenyum sendiri, banyak kenangan di kamar ini bersama sahabatnya, Minhyuk.
Yonghwa mengambil satu figura foto yang berisi foto dia dan Minhyuk ketika memenangkan dance competition sebagai juara pertama. Mereka berdua mewakili kampus mereka.
Kemudian dia mengamil satu figura lagi. Fotonya dengan Hyekyung. Sedang saling tersenyum ke kamera. Foto ini diambil ketika Yonghwa, Minhyuk dan Hyekyung sedang pergi ke pantai. Terdapat laut dan pantai yang luas di belakang Yonghwa dan gadis itu. Kenangan itu kembali merasuk ke pikirannya.
“Ternyata, aku begitu merindukanmu. Bisa gila.” Gumamnya kemudian menaruh figura itu di tempat semula.
Kemudian Yonghwa langsung melempar tubuhnya ke kasur dan terlelap tidur. Dia harus pergi ke kampus nanti untuk melaporkan kembalinya ke Seoul pada gurunya. Tentu saja Yonghwa tetap harus melanjutkan kuliahnya di bidang musik yang belum selesai. Dia amat merindukan kampusnya.

~~~
“YONGHWAAA MABROOOOOOOO!” teriak seorang laki-laki kemudian menimpa badan Yonghwa yang masih berbaring di kasur.
“YAA!” teriak Yonghwa kemudian batuk-batuk karena tidak bisa bernapas.
Minhyuk bangun dari atas tubuh sahabatnya kemudian terkekeh geli. Sementara laki-laki yang ditimpa sedang berusaha membuka matanya. Ketika menemukan Minhyuk ada di depan matanya, dia memamerkan giginya kemudian melempar bantal ke wajah Minhyuk.
“Wah, rasanya aku sudah tidak melihatmu selama bertahun-tahun. Kau semakin tampan saja.” Goda Minhyuk.
“Berisik.” Dengus Yonghwa tapi tersenyum juga.
“Pasti pacarmu di London banyak ya?”
“Aku tidak punya pacar.”
“Masih setia?”
Yonghwa bergumam tidak jelas dan hanya berjalan melewati Minhyuk dan masuk ke kamar mandi. 15 menit kemudian, Yonghwa sudah keluar dengan polo shirt biru dan celana putih. Simple but cool. Setelah berkaca sebentar, Yonghwa bergabung dengan kedua orangtuanya dan Minhyuk yang sedang sarapan. Minhyuk memang sudah dianggap seperti anak sendiri di sini, jadi dia memang bebas keluar masuk. Bahkan memanggil orangtua Yonghwa dengan sebutan Eomma dan Appa.
“Minhyuk, temani ke kampus ya?” pinta Yonghwa.
“Malas ah.”
“Jebaaaaaaalllll.” Yonghwa langsung memasang senyum manisnya membuat Minhyuk mendengus.
“Baiklah.”
“Siapa tau ada gossip baru.”
“Kau ini laki-laki tapi suka gossip, aneh sekali.”
Yonghwa hanya menimpalinya dengan mengangkat bahunya dan melanjutkan makan. Sesudah makan, Yonghwa masuk ke mobil Minhyuk dan berangkat menuju kampus.
Sesampainya di kampus…
“Kau mau kemana?” tanya Minhyuk begitu mobil parkir.
“Aku harus menemui Lee sonsaengnim sebentar. Aku harus memberitahunya bahwa aku sudah kembali.”
“Baiklah. Aku menunggumu di kantin.”
Yonghwa hanya mengangguk dan langsung masuk ke dalam gedung. Dia berhenti di depan pintu kayu. Setelah berdeham sebentar dia mulai mengetuk pintu.
“Masuk.” Terdengar suara tegas Lee Junghyun sonsaengnim.
Yonghwa melangkah masuk dengan perlahan.
“Annyeonghaseyo, sonsaengnim.” Yonghwa membungkuk sopan.
“Silahkan duduk.” Kemudian Yonghwa duduk di seberang Lee Junghyun yang dipisahkan oleh sebuah meja besar.
“Kau… telat seminggu lebih 1 hari, Jung Yonghwa.” Ucapnya tegas.
Yonghwa menelan ludahnya kemudian menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Jeongmal joeseonghamnida, Sonsaengnim. Ada beberapa urusan disana.” Yonghwa berusaha membuat alibi.
“Aku tau kau bohong.” Oke, alibinya tidak berhasil. Yonghwa hanya meresponsnya dengan cengengesan. Lee Junghyun mendengus.
“Untung aku sedang baik, aku membuatkan surat izin sakit kepada kepala sekolah.”
Yonghwa menahan tawanya.
“Gamsahamnida, Sonsaengnim.”
“Bagaimana di London? Kau mendapat pelajaran yang berguna kan? Kau adalah murid yang paling terbaik disini, makanya kepala sekolah memilihmu seorang untuk belajar sebentar disana.”
“Ne. di sana sangat menyenangkan, pelajarannya pun mudah di serap.”
“Bagus. Kudengar kau juga kursus dance di sana?” tanya Lee Junghyun sambil tersenyum.
“Ya, hanya untuk bersenang-senang dan mengasah bakatku. Aku sudah tidak lama dance lagi semenjak juara pertama dengan Minhyuk itu.”
“Minhyuk sekarang ikut kursus dance.”
Mata Yonghwa langsung melotot. Si bodoh itu mana suka ikut kursus?
“Jeongmal?” Yonghwa masih kaget. Pantas saja bentuk badannya jadi atletis begitu. Padahal dulu dia belajar dance hanya dariku dan itupun sekali hanya untuk lomba.
“Nde. Sepertinya dia juga tidak ingin kalah darimu.” Yonghwa tertawa mendengar Lee Junghyun berkata seperti itu. Si bodoh sudah berubah banyak semenjak aku pergi yaa kekeke.
“Yonghwa, besok kau sudah bisa memulai kelasmu. Jangan lupa banyak berlatih gitar. Saya sarankan kamu untuk membuat band, kamu bisa mengangkat nama baik kampus ini.”
“Nde. Gamsahamnida, Sonsaengnim. Aku permisi keluar dulu.”
Yonghwa melangkahkan kakinya dari ruangan Lee Junghyun kemudian bergegas ke kantin. Di kantin, dia menemukan Minhyuk sedang meminum coca cola sambil mendengarkan lagu lewat headphone nya, sesekali kepalanya bergoyang mengikuti irama musik. Yonghwa menggeleng-gelengkan kepalanya kemudian berjalan mendekat. Melihat Yonghwa sudah duduk di depannya, Minhyuk membuka headphone nya.
“Bagaimana tadi?”
“Begitu saja. Dia menyarankan aku untuk membuat band. Ayo kita buat, kau bisa jadi drummer nya.”
“Sounds great.” Minhyuk menyunggingkan senyumnya.
“Bagaimana Hyekyung?”
“She’s available.”
Untuk kedua kalinya mata Yonghwa membelalak.
“Apa maksudmu? Ceritakan semuanya.”
“Dia memang bertunangan waktu itu, beberapa hari setelah kau berangkat ke London. Dia menangis, karena kau pergi dan dia tidak sempat mengucapkan selamat tinggal. Hoya, tunangannya, aku tau dia mencintai adikku tulus, aku sangat bisa merasakan itu. Dia membatalkan pertunangan itu beberapa hari sesudahnya karena tidak tega melihat Hyekyung. Dia tidak ingin memaksakan cintanya. Tapi Hoya masih suka main ke rumah untuk menemui Hyekyung, mereka berteman. Tapi akhir-akhir ini entahlah aku suka melihat seorang cowo suka bersama dengan Hyekyung. Tapi aku tidak begitu suka melihat laki-laki yang suka bersama adikku itu entah kenapa.” Cerita Minhyuk.
“Anak laki-laki itu kelas musik? Tari? Atau Teater? Lukis?”
“Dia anak musik. Sering sekali memegang keyboard atau piano.”
“Hmmm, aku mengerti.” Yonghwa mengangguk-angguk.
Yonghwa melamun sejenak sementara Minhyuk sedang sibuk dengan ponselnya.
“Oppaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…” seru seseorang kemudian berlari mendekat.
Yonghwa langsung tersadar. Suara itu…

TO BE CONTINUED

Thanks for reading guys :) Leave a comment please. Sorry if I had a wrong grammar >_<

No comments:

Post a Comment