-
Jung Yonghwa
-
Kang Minhyuk
-
Kang Hyekyung
Jung
Yonghwa sedang menatap langit London di balkon kamarnya yang sedang mendung
sore ini. Terdengar helaan nafas yang cukup keras dari mulutnya. Tiba-tiba
ponsel yang berada di dalam saku jaketnya berdering kecil menunjukan adanya pesan
masuk. Seperti biasa, dari sahabatnya yang di Korea, sahabat dari mereka SMA.
From:
Kang Minhyuk
Jadi
kembali ke Seoul?
Mendengar
satu kata tersebut, Seoul, pikirannya langsung melayang pada 1 gadis yang
sangat ingin ia hindari, namun tidak bisa. Karena gadis ini adalah adik dari
Minhyuk. Tapi hatinya pun tidak bisa mengelak, dia merindukan dan membutuhkan
gadis itu. Namun sepertinya sudah terlambat…
Flashback
“Minhyuk, kenapa bisa Hyekyung dijodohkan?
Kau tau kan aku menyukainya?”
“Mianhae, Yonghwa. Tidak ada yang bisa
kulakukan. Eomma tetap ingin Hyekyung bertunangan dengan Hoya.”
“You’re gonna be kidding me, she’s still
young! Kau bisa membatalkannya, kau kakaknya. Katakanlah bahwa dia lebih pantas
denganku.”
“I can’t! Aku sudah mencoba itu. Eomma dan
Appa tetap dengan keinginan mereka. Aku pusing dengan keadaan rumah, Yonghwa.
Semuanya berteriak, Hyekyung menangis. Rasanya aku mau mati saja di rumahku
sendiri.”
“Sial.”
“Jeongmal mianhae.” Ucap Minhyuk sambil
memijat pelipisnya.
“Besok aku akan berangkat ke London. Tinggal
di sana untuk beberapa bulan.”
Hening sejenak sebelum Minhyuk berteriak.
“MWOYA?! Waeyo?”
“Mungkin aku bisa belajar gitar banyak di
sana, mungkin akan mulai belajar dance, hahaha.” Jelas Yonghwa tertawa sumbang.
“Kau tau kau bisa belajar itu semua di
Korea. Lagipula kau sedang kuliah musik, Yonghwa. Kau mau meninggalkannya
begitu saja?” tanya Minhyuk.
“Aku di suruh Lee sonsaengnim untuk
percobaan di London. Aku di sana hanya 4 bulan.”
“Dan kau akan menyerah pada adikku begitu
saja?”
Yonghwa terdiam sebentar.
“Tidak.”
Minhyuk tertawa kecil dan menepuk bahu
sahabatnya itu.
End of flashback.
Yonghwa
tersenyum kecil mengingat semua kejadian dulu. Dia tidak patah hati seperti
yang digambarkan di novel-novel atau di film-film saat melihat orang yang
dicintai bersama oranglain. Dia hanya butuh waktu untuk memikirkan bagaimana
mengembalikan orang yang dicintainya itu kembali ke sisinya. Percobaan
belajarnya di London telah selesai seminggu yang lalu. Dance nya sudah sangat
pro, apalagi gitar. Dia memang sengaja mengulur kepulangannya ke Seoul.
Yonghwa
mulai mengetikkan beberapa huruf di ponselnya sebelum dikirim ke Minhyuk.
Sent
to Kang Minhyuk:
Yes.
Yes.
Setelah
melihat jam di dinding, Yonghwa menutup pintu balkon dan masuk ke kamarnya
kemudian berkemas baju-baju dan barang-barangnya untuk kembali ke Seoul. I’m gonna miss you, London. Setelah
selesai berkemas, Yonghwa mengeluarkan ponselnya dan menempelkannya ke telinga.
“Hello,
Christ? Can you help me? … … … Hahahaha … … I need one ticket to Seoul,
please.” Ucap Yonghwa, tapi detik berikutnya dia menjauhkan ponselnya dari
telinga karena Christ berteriak keras di seberang sana.
“I’m
really really sorry, Christ. But I need back to Seoul as soon as possible. … …
I’m promise I will back to London next month for holiday. … … Of course! … …
Thank you so much, Christ!” Yonghwa menutup teleponnya dan duduk terdiam. Ada
satu yang dia lupa, Jane. Yonghwa menepuk dahinya keras.
“Damn,
bagaimana aku memberitahu gadis bawel satu ini?” keluhnya dengan muka keruh.
Jane
adalah teman main, sahabat baik Christ dan Yonghwa selama di London, mereka
kemana-mana selalu bertiga. Masalahnya Jane ini sangat bawel, suka mengomel,
jika badmood sangat galak dan juga cengeng. Dia berani taruhan ketika Yonghwa
memberitahu keberangkatannya besok yang sangat mendadak ini dia pasti akan
menangis keras-keras dan memukul-mukul Yonghwa. Ini pernah terjadi ketika
seorang perempuan di kelasnya mencoba mendekatinya. Christ bilang Jane menyukai
Yonghwa dan cemburu, tapi Yonghwa tidak percaya karena Jane memang begitu
sifatnya.
Sent
to Jane: Meet me on our usual park now.
Yonghwa
langsung menyambar jaket putihnya dan keluar dari apartmentnya setelah mengirim
pesan singkat pada Jane. Kebetulan tempat tinggal Jane berdekatan dengan
Yonghwa, dan taman ini ada di antaranya. Jadi Jane pasti akan menemuinya di
sana.
Setelah
sampai di taman tersebut, Yonghwa duduk di bangku panjang berwarna putih dimana
mereka berdua biasa duduk dan berbagi cerita. Yonghwa tersenyum sedih mengingat
ini hari terakhir dia bertemu dengan Jane, berbicara dengan Christ dan
menikmati udara London.
“Hello
Yonghwa!” sapa Jane sambil mencubit pipinya, kebiasaan dari dulu. Dia bilang pipi
Yonghwa menggemaskan.
“Hai,
Jane. I want to tell you something.” Yonghwa tidak berani menatap mata Jane,
pandangannya hanya pada rumput hijau di bawah kakinya.
“What’s
that?”
“I
must back to Seoul. Sorry.”
“When?”
nada suara Jane berubah tajam.
“Tommorow.”
Hening…
Yonghwa menunggu teriakan Jane, atau tangisan, atau pukulannya.
“WHAT?!”
Nah ini dia…
“Jane…”
“Shut
up! Kau akan kembali ke Seoul besok dan yang kau katakan hanya sebatas
‘Sorry’?!” teriaknya.
“Hey,
it’s not like that, Jane. Okay okay, I’m so sorry, so so so so sorry.” Yonghwa
memegang kedua bahu Jane dan menatap matanya dalam-dalam. Perempuan ini sudah
seperti adik kecilnya semenjak mereka berkenalan. Mata Jane mulai berkaca-kaca,
sebentar lagi akan tumpah dan mengalir di pipi putihnya.
“Mau
apa ke Seoul?”
“Heii,
kau kan sudah tahu dari awal aku di London hanya 4 bulan, dan waktuku sudah
habis. And I miss someone, aku sudah meninggalkannya terlalu lama.” Yonghwa
tersenyum, manis.
“Who?”
“Someone.”
“Who??”
Yonghwa memutar matanya mendengar pertanyaan yang sama.
“My
family, my best friend, my neighbours.”
“How
about me? Christ?” Jane sudah terisak. O-ow.
“I’m
gonna miss you two badly.” Yonghwa menarik Jane ke dalam pelukannya. Jane
menangis semakin keras.
“Promise
me you will back to London? Even it’s for holiday or something.”
“Of
course. Promise!” Yonghwa memamerkan giginya yang tertata rapih.
“Tapi
besok aku dan Christ tidak bisa mengantarmu ke bandara karena kami ada jadwal
kuliah.” Jane cemberut.
“It’s
okay. Aku akan mengirim pesan ketika aku sudah tiba di Seoul. Kita akan sering
Skype, oke?”
Jane
mengangguk lemas. Tanpa sadar Yonghwa mengangkat tangannya dan mengacak-acak
rambut Jane, kebiasaannya dulu dengan Hyekyung.
“Kembalilah
ke rumah, sudah mulai malam. Jangan tidur terlalu malam.”
“Hmmm.
Bye. Take care, Yonghwa.” Jane sudah bisa tersenyum.
Sebagai
ucapan perpisahan, Jane memeluk Yonghwa sangat erat sebelum akhirnya berbalik
untuk pulang ke rumah. Yonghwa tetap berdiri di sana sampai punggung Jane tidak
terlihat, kemudian dia pulang ke apartmentnya bersiap-siap untuk berangkat
besok.
Sebelum
tidur, Yonghwa benar-benar tidak tahan untuk tidak mengirim pesan pada Minhyuk
untuk menanyakan kabar adiknya.
Sent
to Kang Minhyuk: Bagaimana kabar Hyekyung?
Beberapa
detik kemudian…
From:
Kang Minhyuk
Secret.
Secret.
Lalu…
Sent
to Kang Minhyuk: Damn you -_-
Yonghwa
kemudian mematikan ponselnya dan bergegas tidur, dia tidak mau terlambat naik
pesawat. Penerbangan kali ini sangat penting. Karena dia akan bertemu gadis itu
lagi.
~~~
Malam
itu, jam 10, Yonghwa turun dari pesawat dengan selamat. Dia dijemput langsung
oleh orangtuanya. Mereka berbincang-bincang banyak di dalam mobil, melepas
rindu dengan anak tercinta mereka. Yonghwa begitu merindukan kedua orangtuanya,
hubungannya dengan Eomma dan Appa sangat dekat. Mereka orang yang hangat.
“Eomma
dan Appa walaupun sudah agak tua tapi tetap tampan dan cantik ya.” Canda
Yonghwa.
“Tentu
saja. Kami awet muda.” Balas Mr. Jung.
Lalu
mereka tertawa bersama.
Sampai
di rumah, Yonghwa langsung menghirup napas dalam-dalam. Udara Seoul benar-benar
dirindukannya. Rumahnya masih sama, bentuknya pun sama. Ketika dia menjejakan
kaki ke dalam rumahnya, terdapat foto-foto Yonghwa dan keluarganya. Kini
Yonghwa memasuki kamarnya. Dia tersenyum sendiri, banyak kenangan di kamar ini
bersama sahabatnya, Minhyuk.
Yonghwa
mengambil satu figura foto yang berisi foto dia dan Minhyuk ketika memenangkan
dance competition sebagai juara pertama. Mereka berdua mewakili kampus mereka.
Kemudian
dia mengamil satu figura lagi. Fotonya dengan Hyekyung. Sedang saling tersenyum
ke kamera. Foto ini diambil ketika Yonghwa, Minhyuk dan Hyekyung sedang pergi
ke pantai. Terdapat laut dan pantai yang luas di belakang Yonghwa dan gadis
itu. Kenangan itu kembali merasuk ke pikirannya.
“Ternyata,
aku begitu merindukanmu. Bisa gila.” Gumamnya kemudian menaruh figura itu di
tempat semula.
Kemudian
Yonghwa langsung melempar tubuhnya ke kasur dan terlelap tidur. Dia harus pergi
ke kampus nanti untuk melaporkan kembalinya ke Seoul pada gurunya. Tentu saja
Yonghwa tetap harus melanjutkan kuliahnya di bidang musik yang belum selesai.
Dia amat merindukan kampusnya.
~~~
“YONGHWAAA
MABROOOOOOOO!” teriak seorang laki-laki kemudian menimpa badan Yonghwa yang
masih berbaring di kasur.
“YAA!”
teriak Yonghwa kemudian batuk-batuk karena tidak bisa bernapas.
Minhyuk
bangun dari atas tubuh sahabatnya kemudian terkekeh geli. Sementara laki-laki
yang ditimpa sedang berusaha membuka matanya. Ketika menemukan Minhyuk ada di
depan matanya, dia memamerkan giginya kemudian melempar bantal ke wajah
Minhyuk.
“Wah,
rasanya aku sudah tidak melihatmu selama bertahun-tahun. Kau semakin tampan
saja.” Goda Minhyuk.
“Berisik.”
Dengus Yonghwa tapi tersenyum juga.
“Pasti
pacarmu di London banyak ya?”
“Aku
tidak punya pacar.”
“Masih
setia?”
Yonghwa
bergumam tidak jelas dan hanya berjalan melewati Minhyuk dan masuk ke kamar
mandi. 15 menit kemudian, Yonghwa sudah keluar dengan polo shirt biru dan
celana putih. Simple but cool. Setelah berkaca sebentar, Yonghwa bergabung
dengan kedua orangtuanya dan Minhyuk yang sedang sarapan. Minhyuk memang sudah
dianggap seperti anak sendiri di sini, jadi dia memang bebas keluar masuk.
Bahkan memanggil orangtua Yonghwa dengan sebutan Eomma dan Appa.
“Minhyuk,
temani ke kampus ya?” pinta Yonghwa.
“Malas
ah.”
“Jebaaaaaaalllll.”
Yonghwa langsung memasang senyum manisnya membuat Minhyuk mendengus.
“Baiklah.”
“Siapa
tau ada gossip baru.”
“Kau
ini laki-laki tapi suka gossip, aneh sekali.”
Yonghwa
hanya menimpalinya dengan mengangkat bahunya dan melanjutkan makan. Sesudah
makan, Yonghwa masuk ke mobil Minhyuk dan berangkat menuju kampus.
Sesampainya
di kampus…
“Kau
mau kemana?” tanya Minhyuk begitu mobil parkir.
“Aku
harus menemui Lee sonsaengnim sebentar. Aku harus memberitahunya bahwa aku
sudah kembali.”
“Baiklah.
Aku menunggumu di kantin.”
Yonghwa
hanya mengangguk dan langsung masuk ke dalam gedung. Dia berhenti di depan
pintu kayu. Setelah berdeham sebentar dia mulai mengetuk pintu.
“Masuk.”
Terdengar suara tegas Lee Junghyun sonsaengnim.
Yonghwa
melangkah masuk dengan perlahan.
“Annyeonghaseyo,
sonsaengnim.” Yonghwa membungkuk sopan.
“Silahkan
duduk.” Kemudian Yonghwa duduk di seberang Lee Junghyun yang dipisahkan oleh
sebuah meja besar.
“Kau…
telat seminggu lebih 1 hari, Jung Yonghwa.” Ucapnya tegas.
Yonghwa
menelan ludahnya kemudian menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Jeongmal
joeseonghamnida, Sonsaengnim. Ada beberapa urusan disana.” Yonghwa berusaha
membuat alibi.
“Aku
tau kau bohong.” Oke, alibinya tidak berhasil. Yonghwa hanya meresponsnya
dengan cengengesan. Lee Junghyun mendengus.
“Untung
aku sedang baik, aku membuatkan surat izin sakit kepada kepala sekolah.”
Yonghwa
menahan tawanya.
“Gamsahamnida,
Sonsaengnim.”
“Bagaimana
di London? Kau mendapat pelajaran yang berguna kan? Kau adalah murid yang
paling terbaik disini, makanya kepala sekolah memilihmu seorang untuk belajar
sebentar disana.”
“Ne.
di sana sangat menyenangkan, pelajarannya pun mudah di serap.”
“Bagus.
Kudengar kau juga kursus dance di sana?” tanya Lee Junghyun sambil tersenyum.
“Ya,
hanya untuk bersenang-senang dan mengasah bakatku. Aku sudah tidak lama dance
lagi semenjak juara pertama dengan Minhyuk itu.”
“Minhyuk
sekarang ikut kursus dance.”
Mata
Yonghwa langsung melotot. Si bodoh itu
mana suka ikut kursus?
“Jeongmal?”
Yonghwa masih kaget. Pantas saja bentuk
badannya jadi atletis begitu. Padahal dulu dia belajar dance hanya dariku dan
itupun sekali hanya untuk lomba.
“Nde.
Sepertinya dia juga tidak ingin kalah darimu.” Yonghwa tertawa mendengar Lee
Junghyun berkata seperti itu. Si bodoh
sudah berubah banyak semenjak aku pergi yaa kekeke.
“Yonghwa,
besok kau sudah bisa memulai kelasmu. Jangan lupa banyak berlatih gitar. Saya
sarankan kamu untuk membuat band, kamu bisa mengangkat nama baik kampus ini.”
“Nde.
Gamsahamnida, Sonsaengnim. Aku permisi keluar dulu.”
Yonghwa
melangkahkan kakinya dari ruangan Lee Junghyun kemudian bergegas ke kantin. Di
kantin, dia menemukan Minhyuk sedang meminum coca cola sambil mendengarkan lagu
lewat headphone nya, sesekali kepalanya bergoyang mengikuti irama musik.
Yonghwa menggeleng-gelengkan kepalanya kemudian berjalan mendekat. Melihat
Yonghwa sudah duduk di depannya, Minhyuk membuka headphone nya.
“Bagaimana
tadi?”
“Begitu
saja. Dia menyarankan aku untuk membuat band. Ayo kita buat, kau bisa jadi
drummer nya.”
“Sounds
great.” Minhyuk menyunggingkan senyumnya.
“Bagaimana
Hyekyung?”
“She’s
available.”
Untuk
kedua kalinya mata Yonghwa membelalak.
“Apa
maksudmu? Ceritakan semuanya.”
“Dia
memang bertunangan waktu itu, beberapa hari setelah kau berangkat ke London.
Dia menangis, karena kau pergi dan dia tidak sempat mengucapkan selamat
tinggal. Hoya, tunangannya, aku tau dia mencintai adikku tulus, aku sangat bisa
merasakan itu. Dia membatalkan pertunangan itu beberapa hari sesudahnya karena
tidak tega melihat Hyekyung. Dia tidak ingin memaksakan cintanya. Tapi Hoya
masih suka main ke rumah untuk menemui Hyekyung, mereka berteman. Tapi
akhir-akhir ini entahlah aku suka melihat seorang cowo suka bersama dengan
Hyekyung. Tapi aku tidak begitu suka melihat laki-laki yang suka bersama adikku
itu entah kenapa.” Cerita Minhyuk.
“Anak laki-laki itu kelas musik? Tari? Atau
Teater? Lukis?”
“Dia
anak musik. Sering sekali memegang keyboard atau piano.”
“Hmmm,
aku mengerti.” Yonghwa mengangguk-angguk.
Yonghwa
melamun sejenak sementara Minhyuk sedang sibuk dengan ponselnya.
“Oppaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…”
seru seseorang kemudian berlari mendekat.
Yonghwa
langsung tersadar. Suara itu…
TO BE CONTINUED
Thanks for reading guys :) Leave a comment please. Sorry if I had a wrong grammar >_<
No comments:
Post a Comment